Rabu, 21 Mei 2008

Sinergi Dua Negeri


Teduh sapa, makam Peneleh saat memasuki kompleks pemakaman Belanda. Tergambar suasana dibenak, lorong-lorong sunyi tak berpenghuni, menunjukan betapa ringkihnya cagar budaya makam Peneleh.

Pemandangan ini begitu akrab, beberapa ornamen patung tak lagi berkepala, serta lubang-lubang berukuran 50 centimeter membuat kita miris melihat kenyataan yang ada.

Sebanyak seribu lima ratus nisan berjejer di lorong-lorong sunyi. Beratapkan seng yang sudah berkarat serta cat yang telah mengelupas dan batu nisan yang tak lagi utuh membuktikan umur pemakaman ini.

Makam Peneleh adalah pemakaman umum pertama di Jawa Timur dibangun pada tahun 1814. Makam ini, ditutup untuk pemakaman umum sejak Belanda membangun kompleks pemakaman baru di Kembang Kuning pada tahun 1930.

Penghuni pemakaman ini bukan dari golongan bawah. Namun, para elite Belanda yang tinggal di Jawa Timur. hal ini, terlihat dari prasasti dan ornamen nisan yang terbuat dari besi dan batu marmer. Ornamen ini sekaligus juga membedakan, strata golongan atas dan bawah.

Selain itu, tidak hanya orang elit Belanda saja yang dimakamkan disini. Tetapi, orang Indonesia dari suku Jawa seperti Jogjakarta, Malang, Surabaya. namun yang beristrikan atau bersuami orang Belanda

Dimakam Belanda ini bertuliskan lebih dari satu nama, pada batu nisanya, seperti halnya makam Kristen. Namun yang membedakannya, di makam belanda ini, bergantian tidak di tumpuk seperti makam kristen.

Dua negara yang saling bersitegang ini, menyatu dalam suatu tempat di akhir kehidupannya di makam peneleh. Setelah berpuluh-puluh tahun beberapa kerabat dari mereka yang di makamkan disini, diambil untuk di pindahkan ke makam kembang kuning.

Selain itu, beberapa kabar dari warga sekitar. Mengenai harta benda yang diambil warga, dengan adanya bukti lubang yang ada pada nisan. Namun hal ini tidak benar, karena lubang tersebut bekas dari bongkaran mayat yang diambil oleh pihak keluarganya untuk dipindahkan. Ungkap saweri penjaga makam.

Pada tahun 1900 an salah satu keluarga dari mereka mengambil mayat. Untuk memindahkannya tidak semudah membalikan tangan. Tetapi, juga melibatkan pihak kesehatan, dan Pemkot, karena pemakaman ini sudah menjari cagar budaya. Ketika di buka, Yang tersisa hanyalah tulang, rambut dan air.

“Beberapa warga yang nakal, juga mengambil tengorak yang digunakan untuk taruhan burung dara, dan digunakan sebagai tempat minum, “ ungkap laki-laki 48 tahun ini.

Renkarnasi, obyek wisata.

Rencanannya, kompleks pemakaman yang terletak di Jalan Peneleh ini akan di pugar oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Surabaya.

Selain itu, Unesco bekerja sama dengan pihak PBB yang mengurusi tentang kebudayaan dan pendidikan untuk megubah perwajahan makam peneleh yang angker dan seram sebagi rujukan obyek wisata.

Selain itu, kompleks pemakaman ini acap kali digunakan masyarakat untuk prosesi prawedding dan foto model. Mengingat gaya bangunan nisan yang bergaya klasik Eropa. Selain itu, jika proyek ini sudah terealisasikan, secara otomatis dapat menjadi pemasukan bagi warga sekitar peneleh dan jagalan.( Naskah : jek /foto : dmust)


Tidak ada komentar: